Selasa, 19 April 2011

Tanda-Tanda Cinta

Perempuan itu mensunyikan diri. Menutup pintu kamarnya. Mengambil buku yang telah lama ia simpan yang belum sempat ia baca. Buku Untaian Kalung Merpati karya Ibn Hazm. Ia mambaca buku itu dengan tersenyum. Jendela kamar ia buka, mengijinkan angin malam menjahili halaman-halaman bukunya. Teh hangat telah terseduh di meja belajarnya. Duduk manis, sesekali melihat langit malam yang samar bertabur bintang. 
“Mungkinkah benar apa yang ia katakan dulu? Tunggu, ini rumit. Tapi tidak, aku akan menganalisanya. Aku akan mengenalinya terlebih dahulu, mengenal tanda-tanda itu, hari-hari ini aku akan bersikap cuek. Seakan-akan tak memperdulikannya. Sembari meneliti apakah memang benar apa yang dikatakannya tempo hari. Di malam itu.

Cinta itu mempunyai tanda-tanda. Siapapun bisa mengenalinya. Bisa melalui pandangan matanya. Ia yang mencintai pandangan matanya akan mengikuti kemana arah yang dicintainya. Ia akan memandang apa yang dipandang sang tercinta. Pandangannya bagaikan manis melekati gula. Ia selalu mencuri-curi pandang kepada yang dicintainya (agar ndak ketara).

Coba nanti kuajak berbicara. Ia yang mencinta akan selalu melayani pembicaran orang yang dicintainya. Tak akan melayani pembicaraan selain dari orang yang dikasihinya. Ia akan mendengarkan dengan seksama apa saja yang dikatakan oleh yang dicintainya. Ia akan selalu berlagak mengiyakan, menyetujui, apapun yang diucapkan sang kekasih meskipun apa yang diucapkannya berbohong, mustahil atau di luar kebiasaan, ia menerima bagitu saja semua kata-kata dan ucapannya.

Bagaimana posisi tubuhya? Akan kulihat juga. Akankah ia bergegas menghampiriku? Ia yang mencinta akan selalu bergegas menuju tempat sang terkasih berada. Sampainya di tempat tujuan, ia akan segera mendekat dan duduk sangat dekat dengan pujaan hati. Ia akan selalu menjauhi kegiatan apapun yang dapat menjauhkan sang terkasih. Ia enggan melangkah menjauh. Saat beranjak dari sang terkasih bagai prajurit yang kalah perang.

Kemudian nanti aku akan muncul dengan tiba-tiba di hadapannya. Akan kulihat wajahnya. Sang pencinta, wajahnya akan menunjukkan kegamangan dan keceriaan kala sang kekasih muncul secara tiba-tiba atau tak terduga. Ia akan panik melihat orang yang mirip dengan kekasihnya, ataupun mendengarkan namanya secara tiba-tiba.

Ia akan melakukan apa saja yang biasa dilakukan oleh kekasihnya walaupun sebelumnya ia tidak pernah melakukan hal itu dan tidak pandai melakukannya. Yang kikir menjadi pemurah, pendiam menjadi banyak bicara, penakut menjadi pemberani, yang jelek kelakuannya menjadi ramah, yang pandir menjadi beradab, yang jorok menjadi suka berhias, yang miskin menjadi sok kaya, yang tua berlagak muda, yang saleh menjadi kegenitan, dan yang pengecut gemar berkorban. Akan aku lihat nanti apakah ada perubahan pada dirinya.

Tanda-tanda cinta yang lainnya adalah selalu ingin mendengar nama kekasih, senang membicarakan dirinya. 
Atau jika orang lain yang membicarakannya ia akan mendengarkan dengan seksama.

Cintamu pada sesuatu akan membuatmu buta dan tuli. begitu kata para orang bijaksana.

Tapi, untuk saat ini sepertinya aku tak mau terlibat akan hal itu. Aku sudah pernah merasakannya. Hingga sekarang masih terasa. Namun bukan dengan kamu. Cinta itu penyakit, dan obatnya ada pada sejauh mana seseorang mau bergaul, mendatangi tempat yang disukai, dan melakukan apa yang digemari. Namun aneh, nampaknya engkau lebih memilih terpanah busur cinta. Engkau malah senantiasa ingin dijangkiti oleh penyakit cinta.

Tidakkah kau tahu sepasang kekasih yang mempunyai tingkatan cinta yang sama satu sama lainnya, dan jika mereka terikat terlalu kuat oleh rasa cinta itu, maka sebagian waktu keduanya akan dihabiskan tanpa makna, masing-masing dengan berani melontarkan kata-kata yang bertentangan, persoalan kecil akan berkembang menjadi masalah yang besar yang menyulitkan mereka, dan pada saatnya, masing-masing akan mengomentari ucapan yang dilontarkan pasangannya lalu menafsirkan dengan tafsiran yang jauh menyimpang dari makna yang seharusnya. Meski tindakan itu dilakukan dengan maksud untuk menguji sejauh mana kejujuran dan keyakinan masing-masing terhadap pasangannya.

Aku capek. Jika hal itu terus berulang-ulang. Capek? Tapi indahnya mungkin di situ.

Coba nanti aku juga seakan-akan berpaling, karena ujian cinta adalah kegelisahan yang mendalam dan kepanikan yang luar biasa ketika sang kekasih terlihat berpaling dan menjauh.

Cinta itu bikin gelisah. Dulu aku pernah merasakan hal ini. Manakala aku mendambakan pertemuan dengan sang kekasih, namun ternyata tiba-tiba ada sesuatu peristiwa yang menghalangi terjadinya pertemuan itu.  

Cinta juga bikin gelisah saat sepasang kekasih terjadi pertengkaran yang tidak diketahui ujung pangkalnya. Ketika itu terjadi, kegelisahan akan memuncak sampai akhirnya mereda dengan sendirinya. Setelah pertengkaran reda, masing-masing pihak bisa saling memaafkan secara suka rela, atau peretengakaran yang secara lahir sudah reda itu kemudian menyisakan kesedihan yang coba diredam demi mempertahankan keutuhan jalinan cinta.

Aku masih belum yakin ia mencintaiku. Aku harus pastikan. Karena jika seorang kekasih kurang mempercayai ketulusan cinta kekasihnya, ia akan megawasi dengan ketat setiap gerak-gerik kekasihnya. Betapa repotnya jika seperti itu." 

***

Perempuan itu tak bisa tidur di malam itu, seakan-akan ia mengitung bintang. Mungkin sebenarnya ia juga jatuh cinta, hanya saja mengingkarinya. seandainya Ptolemius masih hidup, ia pasti menegaskan, dialah manusia paling hebat, penghitung gugusan bintang. Mungkin juga demikian dengan lelaki yang mencintainya. Tak bisa tidur malam itu.

*risalah 2, tanda-tanda cinta/untaian kalung merpati/Ibn Hazm
(Ahmad Shobirin Obiyoso, 20/04/2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar