Senin, 18 April 2011

Hakikat Cinta


Judul buku    : Untaian Kalung Merpati, Seni mencinta dan kisah kasih sepanjang masa.
Penyusun      : Ibn Hazm al-Andalusy
Penerjemah   : Abad Badruzzaman, Lc. M.Ag
Penerbit        : PT. Serambi Ilmu Semesta
Tahun Terbit : Mei 2005/Cetakan 1
ISBN           : 979-16-0069-4

***

Ada seorang lelaki mengungkapkan perasaan cintanya kepada perempuan yang dicintainya, entah dari kata apa ia memulai, perbincangan itu sudah sekitar satu jam.

Sampailah perempuan itu pada pembicaraan yang lumayan serius, “kok bisa seorang lelaki sepertimu, suka sama aku..?” dengan pandangan mata yang tak berani menatap lekaki itu.

Sang lelaki terdiam sejenak, kemudian ia berkata, “Untuk menjawab pertanyaanmu itu, ada baiknya engkau membaca tulisan kang Shobirin di blog ini…”

***

Prolog

Dalam cinta mulanya engkau bermain-main dan akhirnya sungguh-sungguh. Kedalaman makna cinta sagatlah indah dan agung. Kata-kata semata tak kuasa menggambarkan segenap keindahan dan keagungannya. Hakikatnya tidak dapat ditangkap kecuali dengan pengamatan dan penjiwaan yang mendalam. Cinta tak dimusuhi agama dan tidak dilarang oleh syariat. Cinta adalah urusan hati, dan hanya Allah yang mengetahui hati manusia.

Begitulah Ibn Hazm mengawali risalah pertama dalam buku ini. Ia menuliskan buku ini dikarenakan permintaan orang yang dikasihinya. Sang kekasih memohon untuk menyusun sebuah catatan tentang sifat-sifat cinta, makna sebab-sebab, hakikat, dan tujuannya serta segala sesuatu yang mungkin terjadi karenanya. Oleh karenanya tersusunlah buku Untaian Kalung Merpati yang diterjemahkan dari buku Thuq al-Hamamah, fi al Ilfah wa al Ullaf.

Buku ini terbagi menjadi tigapuluh risalah. Sepuluh risalah pertama mengungkapkan dasar-dasar cinta.  Kemudian duabelas risalah lainnya berbicara tentang berbagai fenomena yang terjadi seputar cinta berikut sifat-sifatnya, yang baik maupun yang tercela. Enam risalah lainnya berbicara mengenai hal-hal yang dapat merusak hubungan cinta. Dan dua risalah terakhir dimaksudkan sebagai penutup. Insyaallah saya akan membincangkan risalah-risalah itu dalam blog ini.  Selamat menikmati…

Ketersambungan

Ibn Hazm menganggap bahwa para penguasa negeri seolah-olah enggan mempunyai keturunan selain dari wanita-wanita yang benar-benar mereka cintai. Tidak ada yang lepas dari perasaan cinta ini. Dari raja hingga budak, dari saikh hingga perampok, semua pernah merasakan cinta.

Namun apa sebanarnya hakikat cinta? Beliau berpendapat bahwa cinta adalah jembatan penghubung antara jiwa-jiwa manusia yang berbeda-beda corak dan kecenderungannya. Dan jiwa adalah unsur yang pada dasarnya merupakan unsur paling luhur dalam jiwa manusia.

Rahasia dari persamaan dan perbedaan makhluk adalah ketersambungan dan keterpisahan. Satu bentuk akan mencari bentuk yang lain yang serupa dengannya, seorang akan merasa tenang dengan seorang yang mempunyai kesamaan dengannya. Sebagai contoh, kita bisa melihat banyaknya perkumpulan atau organisasi yang dibentuk karena adanya persamaan semacam ini.  Akan tetapi meskipun mempunyai kecenderungan yang sama, diantaranya seringkali juga terjadi perselisihan.

Lalu bagaimana dengan jiwa manusia? Karakter alami jiwa adalah  berada pada realitas yang bening dan sunyi, begitu kata beliau. Di dalam jiwa menusia mempunyai struktur yang membuatnya bisa berkecenderungan, merindukan sesuatu, menyimpang, mengumbar keinginan nafsu, juga untuk melarikan diri. Hal ini adalah fitrah jiwa yang sudah kita maklumi bersama; jiwa mewarnai setiap gerak-gerik manusia yang selalu mencari ketenangan.

Allah menjadikan kesenangan atau ketentraman pada diri seorang lelaki karena pasangannya berasal dari dirinya. “Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan darinya Dia menciptakan istrinya, agar dia merasa tentram kepadanya” (QS. Al a’raf: 187).

Seandainya sebab munculnya cinta adalah keindahan fisik, maka bisa dipastikan bahwa siapapun yang bentuk fisiknya kurang indah tidak akan dicintai. Namun kenyataanya banyak orang jika dibandingkan dengan orang lain bentuk fisiknya kurang indah namun dicintai. Jika cinta datang karena kesamaan pandangan moral, maka orang tidak akan mencintai seorang yang lainnya yang tidak pernah membantu dirinya. namun kita melihat banyak terjadi banyak orang mencintai yang ia tak memiliki kesamaan pandangan moral. Karena itu, kita bisa mengakatan bahwa sesungguhnya cinta merupakan sesuatu yang bersemayam di kedalaman jiwa.

Orang yang saling mencintai jiwanya akan tersambung, derajat cinta orang yang memadu kasih pasti sama. Sebab keduanya telah berpadu dalam ketersambungan, dan keduanya memiliki peran yang sama dalam hubungan itu. Namun jika kita menemukan seseorang yang tidak membalas cinta, maka sesungguhnya yang terjadi adalah  orang yang tidak mencintai itu masih terkungkung oleh watak-watak dan sifat-sifat keduniaan yang menutupi jiwanya, sehingga ia tidak mampu merasakan ketersambungan salah satu bagian dalam jiwanya dengan orang yang mencintainya itu. Jika saja penghalang-penghalang itu terbuka, maka jiwa keduanya akan tersambung dan mereka akan menjalin rasa cinta dalam derajat kekuatan yang sama.

Jiwa yang belum tersambung ini bisa di ibaratkan dengan api yang terkurung. Jika kurungan ini terbuka, maka api kan bersatu dengan api yang lainnya. Mereka tidak akan bersatu apabila penghalang ini belum terbuka atau tertembus oleh kobaran api ini.

Coba perhatikanlah orang yang saling mencintai, kita tidak akan menemui kecuali di antaranya terdapat keserupaan karakter dan sifat-sifat alamiah. Pasti terdapat keserupaan di antara keduanya, meskipun dalam kadar yang sedikit. Semakin banyak keserupaan semakin bertambah daya tarik di antara keduanya dan semakin kuat pula kasih sayang di antara keduanya. Mengenai jiwa, Rasulullah saw. Pernah bersabda,  “Jiwa-jiwa manusia adalah laksana pasukan bersenjata. Yang saling mengenal di antara mereka akan bersatu, sedang yang tidak saling mengenalakan berpencar”. Juga ada ucapan orang yang saleh, “ Ruh orang-orang yang beriman akan saling mengenal.”

Dalam kenyataan sehari-hari, sebagian besar manusia mencintai manusia lainnya karena keindahan fisik, dan itulah alasan yang paling sering memunculkan cinta. Pada dasarnya, jiwa itu memang indah dan selalu terpikat pada sesuatu yang yang indah, serta condong kepada tampilan-tampilan yang bagus. Ketika jiwa seseorang tertarik pada jiwa yang lain, dan ternyata di balik jiwa orang yang dicintainya itu mempunyai keserupaan dengan jiwanya, maka jiwanya akan semakin tertarik dan semakin tersambung dengan jiwa orang itu. Itulah cinta yang hakiki. Apabila di balik jiwa orang yang dicintainya itu tidak ada sesuatu yang menyerupai jiwanya, maka cintanya terbatas pada keindahan fisik saja, tak lebih dan itulah yang dinamakan syahwat.  

Ada berbagai macam cinta yang kita ketahui, cinta yang paling utama adalah cinta antara dua orang karena Allah ‘Azza wa Jalla. Ada juga cinta kerabat, cinta karena kesamaan tujuan, cinta persahabatan, cinta pengetahuan, cinta pada kebaikan yang dimiliki orang lain, cinta karena tamak akan kedudukan yang didambakan, cinta antara dua orang yang mencinta karena ada sesuatu yang disepakati oleh keduanya, yang mereka rahasiakan dari pandangan umum, cinta akan kesenangan dan kebebasan mengumbar gejolak nafsu, dan cinta kasih yang tanpa alasan apapun selain ketersambungan jiwa yang telah ibn Hazm sampaikan.

Semua jenis cinta yang tumbuh karena suatu sebab akan segera musnah seiring dengan hilangnya sebab, akan semakin bertambah kuat seiring semakin kuatnya sebab, akan terus berkurang seiring berkurangnya sebab, akan semakin bertambah seiring dengan bertambahnya sebab, akan semakin mendalam ketika alasan cinta semakin dekat, dan akan mengendur ketika alasan cinta semakin jauh. Tak ada cinta abadi kecuali cinta kasih yang tulus yang keluar dari kedalaman jiwa.

Semoga cinta yang kita punyai adalah cinta yang berasal dari kedalaman jiwa.

Demikianlah perbincangan kita dalam risalah pertama dalam buku Untaian Kalung Merpati, yang disusun oleh Ibn Hazm al Andalusi. Semoga bermanfaaat.

Risalah berikutnya akan berbicara mengenai tanda-tanda cinta, nantikan …

***

“Kini kau telah tahu, aku tak tahu apa sebab aku mencintaimu, aku tak punya alasan mengapa aku mencintaimu.., jika aku bisa memilih aku akan memilih perempuan yang lebih cantik, lebih pintar atau lebih segalanya darimu, tapi aku tak tahu kenapa aku memilih kamu..?!” begitu lelaki itu menjawab dengan suara yang halus namun mantap.
“Apa benar yang kau katakan?, jangan-jangan ketidakpunyaan alasan kenapa mencintaiku itu sebagai alasan pula agar aku menerima cintamu, agar seakan-akan cintamu terlihat tulus…” Sanggah perempuan itu.
“…”
Tak tahu apa selanjutnya yang mereka perbincangkan selanjutnya. Mereka berdua terlihat saling canda, sampai hampir tiga jam…


(ahmad shobirin obiyoso/19/4/2011)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar